how do you live your life ? ? ?

Jangan bicara dan mengumbarkan sebuah KEBAHAGIAAN bila kau tidak tahu bagaimana rasanya KEDUKAAN itu seperti apa. Entah kenapa melihat yang terjadi hari ini 17 februari 2014 hati pria itu bergejolak bukan berarti itu mengubahnya menjadi manusia yang tidak tahu diri no and big NO. Semua orang memiliki banyak alasan untuk menjadi bahagia dan hanya sedikit orang yang bisa bertahan dan menerima sebuah kesakitan dan kedukaan, kehilangan orang yang di kasihi dan lain sebagainya. karena masing-masing orang juga menurut pria itu memiliki tema kedukaannya sendiri, mengapa seperti ini? mengapa se SAKIT itu? apakah artinya? 

dulu pria itu pernah mengalami kehilangan yang sangat menyedihkan dan sampai saat ini kehilangan seorang ayah yang di cintainya dan di sayanginya melebihi dirinya sendiri sekitar 12 tahun yang lalu. tak terbayangkan saat itu kalau dengan kehilangn itu pria tersebut sempat terjatuh dan mulai menghindari kata Tuhan dari mulutnya dan dari kosa kata hari-harinya. karena memang benar pria itu begitu kecewa dan sangat sedih, tak tahu harus menyalahkan siapa? dan apakah benar dia harus menyalahkan pihak lain? menyalahkan kematian tersebut? atau menyalahkan kehidupan yang dijalaninya? seandainya saja dia tidak hidup dan tidak ada sosok ayah dalam hidupnya? atau dia harus menyalahkan Tuhan? bagaimana caranya? lantas apa gunanya sekiranya dia menyalahkan Tuhannya? untuk apa? apa yang di dapatnya ketika dia menemukan sesuatu untuk disalahkan?

ya itu hanya sebagian cerita dari kesedihan si pria itu, kita kembali kepada 'kenapa' pria ini menguak kembali kisahnya tentang sebuah kehilangan yang pernah merusak prinsip dan pola pikirnya dahulu? walaupun sekarang dia masih merasakan ada ketidak adilan namun bersanding dengan syukur juga. (ya pria ini memang aneh dalam menanggapi sebuah kehilangan). 

ya kita kembali kepada pengalaman pria itu hari ini. sebuah keluarga kecil yang belum dia kenal, keluarga yang dia tidak tahu latar belakangnya dan profil keluarga tersebut. yang dia tahu bahwa keluarga itu adalah saudara seimannya. dari awal dia sudah mengetahui bahwa bayi dalam kandungan ibu muda itu sudah tidak bernyawa lagi dan harus segera di operasi dan diangkat janinnya supaya tidak menjadi petaka bagi rahim dan kandungan si ibu muda yang sejak pria dan rombongan datang menjenguk masih dalam raut wajah yang putus asa (seolah berkata: apalagi Tuhan? kenapa sakit sekali? kenapa harus kau ambil bayi yang masih belum sempat melihat dunia ini kembali ketanganmu? kenapa Tuhan begitu tega?) mungkin itulah setidaknya perspektif pria tersebut terhadap ibu muda yang lunglai tak bertenaga lagi untuk meneteskan airmatanya. suaminya hanya berdiri terpaku disebelahnya seolah tak tahu bagaimana cara menguatkan istrinya dengan kondisinya sendiri yang tak terdefenisikan. ketika pendeta membawa doa untuk menguatkan si ibu muda ini, sang suami itu seperti pohon kering yang tak punya kekuatan lagi, pria itu memperhatikan sepasang manusia yang sedang bersedih itu. ya dia masih belum bisa merasakan kesedihan keluarga itu. masih belum memahami dia harus bersikap apa.

pria dan rombongan itu menunggu hampir sekitar 3 jam proses persiapan dan operasi oleh dokter zulvikar di rumah sakit Budi Kemuliaan Batam tersebut. selama 3 jam itu juga pria itu dengan ke penasarannya mencari tahu dan menggali lebih dalam tentang kronologi bayi yang sudah 6 bulan lebih pertumbuhannya di dalam kandungan ibu muda tadi. pria itu menikmati pembicaraan dengan orang-orang di sekitarnya yang sudah senior dalam menghadapi pahit manisnya kehidupan ini ya kehidupan pria itu juga tentunya. waktu berlalu dan berlalu begitu sajaa tak terasa.

'operasi selesai' kata seseorang diantara rombongan itu yang baru turun dari tempat operasi di lantai 3. semua yang mendengar berita itu bergegas keatas dan berangsur-angsur smpai di lobi ruang operasi yang entah kenapa udaranya dingin tidak biasa. mereka menemui suster yang sudah datang dengan mendorong tempat bayi yang terbuat dari fiber glass. mata pria itu langsung sontak ketika memperhatikan sebuah lampinan kain di dalam tempat bayi yang di dorong suster tersebut. nalarnya langsung spontan: itu bayinya. masih penasaran dan orang-orang di sekitar pria itu juga hanya bisa terdiam begitu juga dengan pendeta, dia hanya bertanya tentang kondisi ibu muda tadi apakah berjalan lancar operasinya? 
karena pria itu memang seseorang yang sangat fanatik dengan rasa penasaran dia langsung bertanya beratnya berapa sus? panjang bayinya berapa? wajah suster itu menjawab seolah-olah dia hampir lupa bahwa memang seharusnya dia memberitahukan info tersebut kepada pihak keluarga; oh iya pak (katanya pada suami dan rombongan itu) beratnya 6 ons dan panjangnya 29cm. kemudian setelah bertanya pria itu terdiam sejenak dan mendengar pembahasan para rombongan tentang proses pemakaman janin tersebut. mereka mencari plastik (astaga!!!) langsung pria itu mengangkat suara seolah ga peduli mau orang-orang tua disekitarnya, dia menyarankan untuk tidak pakai plastik, lebih baik pake dus. karena memang sepertinya etika rumah sakit tidak layak untuk membawa jasad bayi dari depan. jadi mereka harus menunggu di pintu belakang rumah sakit (rumah sakit yang dibangun Habibie). akhirnya pria itupun semobil dengan jasad bayi tersebut dan membawanya ke tempat pemakaman yang sekitar 45 menit dari rumah sakit tersebut. 

entah kenapa sesaat pria itu hanya terbersit ingatan ketika mendiang ayahandanya satu mobil dengannya ya masih dalam keterangan ruang yang beda, jarak yang jauh tapi masih sama di atas bumi. ya pria itu teringat ketika dia berada di dalam ambulance yang membawa jenazah ayahandanya yang sudah dikemas rapi di dalam peti hitam itu. suara sirene yang memecah udara seakan tak bisa menyaingi kerasnya tangisan dari dalam mobil ambulance, dan hanya hati pria itu yang menangis di dalam hati.  tanpa bisa mengeluarkan airmata karena tidak percaya akan kenyataan kalau benar kematian itu sangat mengerikan dan benar-benar sebuah perpisahan yang tak bisa disambung kembali, ya pada masa kini pria itu bisa berkata that was life. tapi tidak pada masa kejadian itu, semuanya hambar-hancur-kacau-no vision dan tidak ada gairah hidup yang perlu diperjuangkan.

sesaat sampai di pemakaman dan pria dan pendeta pun membawa jenazah bayi yang di dalam dus dan sudah dibungkus dengan kain lampin ke bibir liang kuburnya. ketika petugas kuburan mengangkat bayi itu dari dus dan memindahkan calon kehidupan itu kembali kepada asalnya pria itu sontak merasa sedih yang begitu dalam hatinya mengerut ingin menangis tapi pria ini memang sangat susah untuk menangis, dan dia sudah mencoba membuat janji pada kelenjar airmatanya untuk tidak menangis untuk hal-hal duniawi entah itu karena kematian atau cinta. tapi dia mungkin tidak tahu kalau akan ada saatnya dia harus mengingkari janjinya untuk tidak menangis.

setelah memulai menimbun kubur itu dengan tanah kering yang sudah dicangkul beberapa waktu lalu, terlintas kembali dalam ingatan pria itu sosok ayah dan ibu dari si bayi yang sudah merasakan kehidupan yang belum pernah dia kenal. sebelum melihat dunia, sebelum utuh menjadi sebuah persona dia sudah berpindah tempat yang seharusnya ditujunya di waktu yang lebih lama lagi. belum melihat siapa ibunya, siapa ayahnya dan bagaimana rasanya udara yang nikmat dan juga belum merasakan kebahagiaan dan kedukaan itu sendiri, dia hanya menjadi faktor kedukaan untuk ayah ibunya. ya benar jugaa kenapaa? kenapa Tuhan yang 'seharusnya' menghadirkan seorang bayi itu sebagai buah kebahagiaan justru malah menjadi alasan ibu muda dan suaminya untuk mempertanyakan bahkan mungkin meragukan eksistensi dari sosok Tuhan itu sendiri? kalau memang Tuhan inginkan umatnya mengenal dia yang besar dan baik, kenapa seperti ini caranya bisik pria itu diantara nalar dan imannya dia. bagaimana caranya untuk menjelaskan kasih itu sendiri ketika keluarga mengalami hal yang mereka sendiripun tak tahu harus bagaimana memulihkan dirinya sendiri. sungguh sulit sangat sulit. bagaimana mendampingi mereka? bagaimana mengembalikan mereka kepada sebuah kata 'harapan' bahwa besok akan ada rencana dan skenario Tuhan yang lebih baik lagi (otak pria itu bertaut-tautan berpikir). ya beberapa kondisi mungkin pria itu sudah mulai dewasa dalam menanggapi ketidak baikan yang diberikan duia padanya. yang jelas dia masih berpikir-pikir kenapa hidup itu harus menjadi sebuah keindahan yang lengkap ketika bahagia dan kedukaan duduk bersandingan dan bahkan setara.

hari ini bukan hari yang mudah bagi pria itu, dia masih berpikir dan berpikir kenapa? bagaimana merangkul mereka yang mengalami kemalangan yang sangat dalam seperti yang dialami ibu muda tadi dengan suaminya. dalam perjalanan pulang pria itu akhirnya mencoba untuk tidak perduli dengan kesedihan yang sempat membawanya kepada arus yang cukup keras. ya sepertinya pria ini mulai terbiasa dengan hal itu, sedikit belajar cuek dan biarlah apa yang terjadi semua orang punya deskripsi sendiri dengan kehidupannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

coklat dan bunga di Valentine

Kekecewaan yang berdampak BURUK