Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Si Conanwati

Tuhan menciptakan banyak orang dengan menempatkan mereka di suku tertentu, keluarga tertentu,dan Tuhan begitu sangat hebat membuat sebuah relasi antar pribadi yg bahkan tidak memiliki hubungan darah sama sekali. Dan bukan hal yg mengherankan lagi ketika dalam kehidupan ini kita menemui orang-orang yg kita anggap sebagai keluarga dan juga kita anggap sebagai bagian dari diri kita di dalam menjalani kehidupan ini. Kali ini pria itu mengguratkan kalimat melalui ketikan smartphone nya sembari mengikuti rapat, namun karena begitu teringat sesuatu hal menarik dia lagsung menuliskannya. Pertama kali melihat wujudnya adalah tahun 2007 ketika mereka sma sama menanjakkan kaki di asrama sebuah universitas ternama di Jogjakarta. Alisnya tegas, memperhatikan orang dia akan melihatnya dari ujung ke ujung.  Kayaknya sih galak, itu seru pria itu dalam hatinya. Tapi mereka cepat kompak karena sesama dari pulau yg sama(maklum anak rantau) dan lagi meski mreka di suku yg berbeda tapi mereka puny
[Let Me Re-start. . .] Aku melihat sebuah kenyataan yang terjadi dan masih sedang berlangsung diantara keprihatinan dan kebahagiaan. Bukanlah hal yang mengherankan ketika terjadinya pergesekan diantara kedua kondisi tersebut, tapi entah mengapa yang tampak dari sisi ini sepertinya begitu unik dan jarang ditampilkan dalam alunan langkah yang sedang kunikmati.. ya mungkin ada kekuatan yang tidak bisa dijelaskan dari kondisi itu. Eh kenapa jadi meracau begini ya? Kenapa membahas keadaan yang sudah biasa dan membasi? Untuk apakah menyesali kesalahan yang secara sadar kamu buat sendiri? Begitu rentetan pertanyaanku kepada pria yang sepertinya baru merasakan pahitnya kehilangan sebuah benda yang disebutnya sebagai ‘hati’. Malangnya dia, setelah mencari kemana mana dia tidak menemukan bongkahan hati itu kalau memang sudah pecah dia berharap menemukan meski hanya serpihannya saja. Karena jikalaupun dia harus mengganti hatinya, dia tetap mau menyimpan serpihan dari hati yang sudah hilang i

perjumpaan kematian dan kehidupan

"gadis berumur sekitar 14 tahun itu mengusap-usap jasad ibunya yang sudah terbujur kaku tanpa nyawa. sudah berpakaian rapi dan sudah di make up sedemikian rupa. dengan tatapan kosong dia tetap mengusap wajah ibunya yang telah tiada itu, seolah tak percaya akan kenyataan yang dihadapinya (kini hidupnya tanpa seorang ibu) wajahnya yang sembab dan juga kelopak matanya yang sudah kering tak pelak karena sudah kehabisan airmata" disisi lain: "seorang ibu yang sudah memiliki 3 anak mengucurkan airmatanya dengan begitu deras disamping jenazah ibunya, suaranya perlahan memecah keheningan senja yang sudah mulai pudar dan akan berganti menjadi malam. maa... minum obadnya.. ma bangun ma sudah kusiapkan makanan untuk mama... seolah ingatan akan kebiasaan yang dilakukannya terhadap ibunya yang memang sudah lama mengidap penyakit. tangis itu memecahkan telinga hati dan memekakkan memori ku akan masa lalu... sungguh menyedihkan jika hanya bertaut dan berputar-putar dalam dimensi

Kekecewaan yang berdampak BURUK

Gambar
seorang ilmuwan pernah mengatakan kalau kepastian yang mutlak adalah ketidakpastian, dan tadinya secara pribadi penulis tidak begitu tertarik dengan kalimat ini dan kadang memberikan sanggahan tentang deretan kata itu. semua orang pernah kecewa, semua orang pernah merasakan sakitnya ketika orang lain yang dia percaya justru menusuknya dari belakang. tak terperi dan jua tak bisa ternihil kan jikalau kenyataannya kita akan menemukan atau bahkan ambil bagian dalam kekecewaan yang sipenulis maksudkan. dikecewakan oleh orang yang kita sayangin, dikecewakan oleh teman karib atau sahabat, dikecewakan rekan kerja atau kolega. atau bahkan dikecewakan oleh diri sendiri atau adalagi yang justru sengaja membuat dirinya sendiri kecewa. bahkan disaat yang paling menyakitkan adalah ketika kamu percaya seutuhnya kepada seseorang ternyata dia membohongimu dan kebohongan itu kamu temukan bukan dari pengakuan yang bersangkutan tapi karena kamu yang mencari tau akan kebenarannya. wahh sakitnya itu kaya

Senja di Belahan Timur Jiwa

pria itu menatap kembali laptopnya setelah tugasnya untuk membuat bahan persiapan kotbah untuk hari minggu sudah selesai, entah mengapa dia seolah ragu untuk membuka tab dalam google chrome nya, berkali dia mengecek blognya, ingin menulis tampaknya tapi usaha itu berkali-kali juga tidak berhasil. namun pada waktu yang random dia akhirnya membuka entri baru dalam blognya yang usang yang isinya curhatan semua hahaha kasian dia) dan dia mulai menulis sesuatu disana. tampaknya kali ini dia mencoba memahami tendensi dari sebuah frasa: senja tak seharusnya berada di sebelah timur.  ya entah apalah yang dipikirkannya tentang senja di timur-fajar di barat. mungkin pria itu ingin menekankan bahwa tidak akan ada kesempatan yang akan mempertemukan apa yang seharusnya di barat dan dihadirkan di timur, ya senja adalah bagian dari barat dan timur berkawan dengan fajar.  hampir dua jam diskusi yang sebenarnya hanya ber-inti-kan ucapan selamat ulangtahun, pria itu tampaknya kerasukan sesuatu se