perjumpaan kematian dan kehidupan

"gadis berumur sekitar 14 tahun itu mengusap-usap jasad ibunya yang sudah terbujur kaku tanpa nyawa. sudah berpakaian rapi dan sudah di make up sedemikian rupa. dengan tatapan kosong dia tetap mengusap wajah ibunya yang telah tiada itu, seolah tak percaya akan kenyataan yang dihadapinya (kini hidupnya tanpa seorang ibu) wajahnya yang sembab dan juga kelopak matanya yang sudah kering tak pelak karena sudah kehabisan airmata"
disisi lain:
"seorang ibu yang sudah memiliki 3 anak mengucurkan airmatanya dengan begitu deras disamping jenazah ibunya, suaranya perlahan memecah keheningan senja yang sudah mulai pudar dan akan berganti menjadi malam. maa... minum obadnya.. ma bangun ma sudah kusiapkan makanan untuk mama... seolah ingatan akan kebiasaan yang dilakukannya terhadap ibunya yang memang sudah lama mengidap penyakit. tangis itu memecahkan telinga hati dan memekakkan memori ku akan masa lalu...
sungguh menyedihkan jika hanya bertaut dan berputar-putar dalam dimensi kesedihan karena ditinggal oleh orang yang kita kasihi. terkadang cepat, terkadang lama, terkadang dengan tiba-tiba, terkadang seolah sudah dipersiapkan, terkadang tak terucap kata atas kenyataan yang berhadapan dengan kematian.
apa yang membuat seseorang bersedih ketika orang yang dicintainya berpulang kepada Bapa? sebenarnya dari pemakaian kata 'berpulang' sudah bisa menjadi landasan kita untuk menyadari: oh iya Tuhan yang empunya kita, nafas kita dan segalanya.. jadi Dia berhak menentukan kapan dan bagaimana selanjutnya.
sisi lainku mungkin bicara skeptis tentang perjumpaan ini, bagaimana begitu rumitnya dan sulitnya untuk bangkit dari keterpurukan ditinggal oleh yang kita kasihi.. apakah ketika kita bangkit dari pergumulan menunjukkan kita sudah tidak begitu mementingkan duka yang pernah kita alami.. ? atau justru ada perubahan kearah yang lebih baik, kearah yang lebih dewasa lagi?
variannya sangat banyak dan tidak bisa menyematkan pemutlakan dalam kondisi yang seperti ini. kematian tidak jauh dan tidak terpisah dari kehidupan , keduanya seperti dua sisi koin yang harusnya selalu berdampingan supaya lebih menghargai kedua kondisi itu, namun bukan juga hal yang mudah ketika kita sendiri berada dalam kedukaan itu, kenyataannya sebijak apapun seseorang tetap akan terhanyut dalam kesedihan tersebut.
to be continue. . .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

coklat dan bunga di Valentine

Selembar surga di pulau Bintan -Kepulauan Riau