untuk apa bertanya?

siang ini setelah menyantap makan siangku (tentunya ayam lauknya), aku mencoba menjadi yang pertama memulai pembicaraan dengan pria itu yang sekarang tampaknya semakin sibuk dengan persiapan-persiapan menjelang natal. aku ajak dia berbicara but i pretend that this conversation not important for me (padahal penting). dia mulai menunjukkan gesture tubuhnya bahwa dia sudah siap untuk mendengarkan apa yang kuceritakan. baiklah pikirku, berarti dia serius dan sedang tidak terganggu pikiran apapun. begini... (aku mulai bercerita latar belakang sebelum aku bercerita inti permasalahannya)


... nah setelah itu lanjutku. aku menyadari kalau ternyata perasaan ke dia tidak sekuat perasaan sebelumnya, entah kenapa kali ini terlalu banyak pertikaian yang terjadi mungkin itu karena jarak saja tapi ternyata bukan, ternyata keras kepala yang sepertinya berimbang sehingga ketika terjadi gesekan, tidak ada jalan keluar dan akhirnya diam satu sama lain, yaa diam adalah satu-satunya cara untuk mendinginkan suasana (tekanku pada pria itu, yang sepertinya tertarik dengan ceritaku dan aku jadi lebih leluasa melanjutkan), jadi setelah bulan ke 4 tahun ini (2014) akhirnya keputusan kami adalah berpisah, karena sama-sama keras kepala, sama-sama sulit untuk mengalah satu sama lain. apa mungkin karena kalian satu suku? tanya pria itu padaku. ya mungkin saja, yang jelas perasaan ini masih belum jelas antara iya dan tidak tapi ntah kenapa belakangan ini aku merasa kehilangan dan sangat kehilangan, bahkan seolah olah semua terulang dan yang terngiang hanyalah perasaan perpisahan itu sendiri tanpa bisa mengingat nikmatnya akan sebuah kebersamaan, kau tau untuk sekarang aku lebih nyaman untuk menjalani ini sendiri mungkin ini hukuman bagiku yang tidak pernah bisa memperjuangkan apa yang aku suka dan apa yang aku cintai, dan terakhir semuanya jadi berbalik menyakiti, merong-rong tiap sendi dan ruang yang ada di dalam hatikua (si pria itu tertegun) ya aku tau kau juga mengalami hal yang samam dan aku tau kalau dia lebih pernah merasakan sakitnya sebuah keputusan ketika mengambil keputusan untuk meninggalkan seseorang yang dia sangat sayangi dan memaksakan hatinya untuk mengisi dengan hati dan orang yang baru tapi ternyata tidak bisa memperbaiki kondisi juga, malah sekarang dia menjadi aku yang akhirnya merasakan sakitnya hati. sudahlah gumamku dalam hati, pria itupun melanjutkan lagi aktifitasnya dan aku tetap dalam kondisi yang tidak bisa ku deskripsikan sama sekali, gelal sekali tampaknya. tidak produktif, dan tidak berniat untuk melakukan apa-apa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

coklat dan bunga di Valentine

Kekecewaan yang berdampak BURUK