Senja di Belahan Timur Jiwa

pria itu menatap kembali laptopnya setelah tugasnya untuk membuat bahan persiapan kotbah untuk hari minggu sudah selesai, entah mengapa dia seolah ragu untuk membuka tab dalam google chrome nya, berkali dia mengecek blognya, ingin menulis tampaknya tapi usaha itu berkali-kali juga tidak berhasil. namun pada waktu yang random dia akhirnya membuka entri baru dalam blognya yang usang yang isinya curhatan semua hahaha kasian dia) dan dia mulai menulis sesuatu disana. tampaknya kali ini dia mencoba memahami tendensi dari sebuah frasa: senja tak seharusnya berada di sebelah timur. 

ya entah apalah yang dipikirkannya tentang senja di timur-fajar di barat. mungkin pria itu ingin menekankan bahwa tidak akan ada kesempatan yang akan mempertemukan apa yang seharusnya di barat dan dihadirkan di timur, ya senja adalah bagian dari barat dan timur berkawan dengan fajar. 

hampir dua jam diskusi yang sebenarnya hanya ber-inti-kan ucapan selamat ulangtahun, pria itu tampaknya kerasukan sesuatu seperti bisa saya sebut roh yang bangkit dari masa lalu dalam bentuk dan raga yang berbeda. pembicaraan mereka biasa bahkan sangat tidak penting di beberapa bagian yang berbicara tentang ke-arogan-an yang dibalut dengan canda yang garing namun menyibarkan tawa. walaupun dibeberapa saat terakhir ada pembahasan yang sudah usang namun memang belum pernah dibahas sbelumnya. tampaknya memang waktu yang tepat ketika semua luka sudah kering dan menceritakan kembali penyebab luka itu menganga. berjalan masing-masing dengan bermain waktu masing-masing dan sembuh dengan cara masing-masing meskipun masih ada pahit yang tersisa. 

"..cemen kamu.." katanya kepada pria itu, bukan terpancing marah justru malah pria itu mengatakan lebih jelas lagi .. ya "pecundang". tapi ranah pembicaraan itu masih ber nada normal, amplitudo rasa yang keluar dari antara mereka masih konstan dan terkadang tersarang canda di beberapa bagian yang sejatinya bisa dikatakan penting(karena mereka belum pernah membahas permasalahan 'kepecundangan' ini. meskipun begitu gelagak dan gesture tubuh wanita itu masih saja sama dan tidak berubah, logatnya yang seperti sinden gagal manggung dan gigi besarnya yang seperti tembok jericho yang kokoh masih sama dan tidak ada yang berubah, kecuali hatinya kecuali kisahnya. pria itu kelihatan sok bersikap normal padahal masih canggung dan bingung untuk beberapa kata kedepan yang harus dilontarkannya. 

melihat mereka berdua penulis teringat akan sebuah lagu jikustik yang berjudul "mentari dikalahkan sang malam" simpan sedihmu... pendam yang dalam... jalanin hidup seperti kemarin... sebelum hatimu menemukan aku...sebelum mentari dikalahkan malam. lagu ini berbicara tentang sebuah kerelaan, sebuah perpisahan yang sarat akan makna. karena mentari tak pernah dikalahkan malam, dia hanya berotasi kesisi yang lain. meskipun malam memang berkuasa untuk meniadakan mentari. cerita mereka sudah usang dan sebenarnya tak layak untuk diangkat kepermukaan lagi, tapi penulis hanya mencari bahan tulisan untuk menjernihkan otaknya dari kisah yang kalut. 

ya semua yang terjadi entah itu terhadap diri sendiri atau karena orang lain, semuanya akan jadi sangat menarik untuk dijabarkan dalam tulisan. tapi cerita mereka selalu unik, mereka sudah terpisah, terpisah jarak dan rasa ya memang harusnya seperti itu. tapi selalu ada sesuatu diantaranya yang tak bisa diungkapkan dan bisa dijelaskan secara kasat mata. seolah ingin bertemu satu sama lain tapi tak tersampaikan, karena akan sangat tidak baik jikalau mereka harus bertemu langsung, banyak konsekuensi dan resiko yang harus dihadapi kedepannya. ahhh tapi sudahlah itu urusan mereka berdua. setidaknya mereka bisa bertegur sapa, saling menguatkan satu sama lain di dalam doa mereka, dan semakin hari semakin kedepan kemarahan dan kebencian itu perlahan pudar dan akhirnya akan hilang. 

baiklah penulis sudah terlalu ngantuk untuk menuliskan lagi bagian ini, masih harus memikirkan judul yang tepat juga hahahha... 
[12 februari 2016]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

coklat dan bunga di Valentine

Kekecewaan yang berdampak BURUK